Wednesday, January 9, 2019

Belajarlah pada Kanak- kanak

       Dimensi ilmu pengetahuan itu luas tak terbatas, begitu pula sumber belajarnya. Setiap orang dapat menjadi guru dan siapa saja dapat bisa menjadi yang muridnya. Di mana kita dapat menemukan pengetahuan baru, di situlah sejatinya kita sedang belajar. Usia tidak menjadi batas untuk belajar, selagi nyawa masih di badan maka tidak ada keharusan untuk kita untuk berhenti belajar. Seorang yang lebih tua akan menjadi guru bagi yang lebih muda, begitupun sebaliknya. Tidak menutup kemungkinan kalau seorang anak kecil dapat menjadi guru bagi seorang dewasa. 
        Anak kecil memiliki imajinasi yang sangat baik, maka tak heran jika segala benda dapat dijadikan mainan. Ketika orang dewasa menganggap seutas tali hanya berguna untuk mengikat barang, maka anak kecil dapat menyulapnya monster ular yang sangat mengasyikkan untuk dimainkan mengejar teman-teman. Itulah anak dengan segala imajinasinya.

Botol minum pun jadi mainan bagi anak

Sadarkah kita, bahwa anak kecil sering menjadi seorang guru bagi kita? Ketika kita sering menjumpai anak yang sulit dtaklukkan, maka sebenarnya anak kita sedang mengajari kita tentang kesabaran. Loh, kok bisa anak kecil ngajarin tentang kesabaran, wong dianya aja belum bisa bersabar. Memang anak tidak berkata-kata seperti dosen atau guru yang sedang mengajar di kelas. Tapi seorang anak tau mana sikap orang tua yang perhatian dan  yang mengabaikan.
    Seringnya kita orang tua sudah merasa paling tau se-dunia, dan mengganggap perbuatan seorang anak itu salah. Contohnya saja,ketika seorang bayi menangis, si bayi merasa itulah sikap terbaik mereka untuk memberi sinyal kepada si ibu bahwa dia sedang tidak nyaman, sedangkan bagi si ibu, sikap si bayi ini salah karena menangis terus (seringnya sih bagi ibu pemula ya :D). Nah di sinilah kita di tuntut untuk belajar. Dengan sikap bayi tadi hendaknya si ibu mulai belajar menambah ilmu untuk menenangkan si bayi dan membuat bayi nyaman.
Kanak-kanak tetap bermain bersama meskipun sedang berkelahi

       Teringat pembahasan ketika kuliah dulu bahwa anak bukanlah miniatur orang dewasa. Dari Pola pikir, kanak-kanak masih memiliki pemikiran yang sangat sederhana akan tetapi pemikiran mereka justru lebih menarik lho. Mereka dengan keunikan karakter berbeda punya sejuta ide walaupun menurut orang dewasa itu tak masuk akal. Tapi dari kreatifnya anak inilah seharusnya kita belajar cara memandang hidup. Anak-anak memandang hidup tanpa beban dan penuh semangat, sedangkan dewasa lebih sering berpikir tentang rintangan  dan masalah sehingga orang dewasa akan lebih sulit untuk tertawa. Sangat berbeda dengan kanak-kanak yang dengan hal sepele saja dapat tertawa bahkan hal yang sangat biasa menurut orang dewasa menjadi hal yang sangat lucu bagi mereka.


Anak-anak menyukai kebersamaan

        Sering juga kita melihat ketika anak-anak berkelahi dengan teman namun hanya berlangsung sebentar saja, kemudian mereka bermain kembali tanpa ada rasa dendam, dan menariknya lagi setelah bertengkar hebat, mereka tetap bermain kembali, berbagi makanan dan saling tertawa bersama dengan riang sampai akhirnya mereka lupa kalau mereka sedang berkelahi sebelumnya.
        Hal yang paling menakutkan bagi seorang kanak-kanak adalah tidak mempunyai teman. Maka tak heran kalau seorang guru sering mendapat laporan, "Si A gak mau temenan", "Si B gak mau ajak main", dan sebagainya. ini membuktikan bahwa kanak-kakan juga makhluk sosial yang lebih menyenangi kebersamaan. Mereka akan lebih memilih bermain dengan teman di banding pergi dengan ayah ibu (mungkin sebagian ada juga yang tidak begitu)
       Semoga kita para dewasa mampu belajar dari kanak-kanak kita dan semoga tulisannya bermanfaat. Nah, pernah dengar ungkapan ini?  "Undzur ilaa ma qiila wa la tandzur ila man qoola" (Perhatikanlah terhadap apa yang dikatakan jangan perhatikan siapa yang mengatakan). Sebenarnya ilmu belum seberapa untuk menulis tentang hal ini. Tapi kalau menunggu sampai menjadi orang hebat, maka tak akan pernah diri ini berlatih menulis. Wassalam 

0 comments:

Post a Comment